Selasa, 26 Juli 2011

Menulis Esai Sastra



Seperti halnya dalam penulisan lainnya, proses kreatif penulisan esai juga akan melibatkan empat proses kreatif sebagai berikut:
1. Pencarian Ide
Oleh karena sumber penulisan esai adalah masalah atau persoalan, maka pencarian idenya berupa ditemukannya masalah yang akan dibahas dalam esai. Agar kita menguasai benar masalah yang akan ditulis, maka masalah harus bersumber dari keadaan di sekeliling kita dan harus sesuai dengan konsen bidang keilmuan kita. langkah konkret yang bisa ditempuh dalam menemukan dan mengidentifikasi permasalahan adalah dengan melakukan :pengamatan empiris dan sosial di sekeliling kita, melakukan kajian pustaka (membaca) yang mendalam terhadap suatu persoalan kesastraan yang kemudian kita melakukan telaah. dengan persoalan ini, maka penulisan esai sastra ini memiliki dua jenis : esai kontekstual dan esai teoretistekstual.
2. Pengendapan Ide
Pengendapan ide ini berkaitan dengan: pertama, merumuskan empat isi yang akan dituliskan sesuai dengan bagian-bagian esai : judul, pembuka, isi dan penutup. Identifikasi bagian ini konkretnya akan kita tuliskan menjadi kerangka pikir atau outline esai yang akan kita tulis. Kedua, pencarian dan pengumpulan data. Jika outline atau kerangka pikir sudah dibuat, maka selanjutnya kita akan mencari bahan dan data yang akan dijadikan sebagai dasar dan pijakan untuk menulis.
3. Penulisan
Jika outline dan data sudah lengkap, maka kita tinggal menuliskannya. penulisannya tentu saja seperti yang sudah dibahas dalam bab-bab sebelumnya, harus disesuaikan dengan kebiasaan menulis kita. akan tetapi dalam penulisan esai sebaiknya jika kita sudah merasa cukup dalam mengumpulkan data-data, maka bersegeralah untuk menuliskannya. dalam menulis esai harus memiliki kehati-hatian yang tinggi karena yang akan kita tuliskan adalah buah pikiran yang didasarkan data-data yang sudah kita baca dan pahami.
4.Editing dan Revisi
Jika penulisan sudah selesai, tahap selanjutnya adalah editing dan revisi. Editing berkaitan dengan koreksi aspek-aspek kebahasaan, sedangkan revisi berkaitan dengan aspek isi. dalam revisi pasti ada pengurangan statemen atau penambahan teori dan persepsi yang membuat esai semakin baik.

Sabtu, 16 Juli 2011

TEKNIK MENULIS CERPEN

TEKNIK MENULIS CERPEN
BEBERAPA HAL KUNCI DALAM MENULIS CERPEN
Peristiwa, Tokoh, Konflik
Narasi adalah cerita. Cerita didasarkan pada urutan kejadian atau peristiwa. Dalam kejadian-kejadian tersebut terdapat tokoh. Tokoh-tokoh tersebut menghadapi serangkaian konflik atau pertikaian. Tiga hal tersebutlah (urutan peristiwa, tokoh, dan konflik) yang merupakan unsur pokok sebuh narasi. Kesatuan dari urutan peristiwa, tokoh, dan konflik itulah yang sering disebut alur atau plot. arasi bisa berupa fakta, bisa pula berupa fiksi atau rekaan. Narasi yang berisi fakta antara lain biografi (riwayat hidup seseorang), otobiografi (riwayat hidup seseorang yang ditulisnya sendiri. Narasi yang berisi fiksi atau rekaan antara lain novel, cerita pendek, cerita bersambung, atau cerita bergambar. Plot atau alur dalam sebua narasi dapat berupa alur tunggal, dapat pula terdiri dari alur utama dan beberapa buah alur tambahan atau sub-plot.
Latar dan Warna
Alur cerita (kejadian, konflik, dan tokoh) tentu saja tidak terjadi dari kekosongan (vacuum). Pasti peristira tersebut terjadi pada waktu tertentu dan di tempat tertentu. Maka alur terikat pada latar waktu dan latar tempat. Latar tempat dan latar waktu membutuhkan kekhususan dan ketajaman deskripsi yang menunjukkan pada pembaca bahwa waktu dan tempat kejadian tersebut benar-bena khas sehingga cerita tidak daat dipindahkan secara sembarangan karena kekhasan tersebut memberikan nilai tertentu. Inilah yang disebut sebagai warna lokal dalam cerita. Warna lokal ini diciptakan dengan memberikan deskripsi yang teliti tentang lokasi, benda-benda, tokoh-tokoh serta kebiasaan-kebiasaan setempat, dialog tokoh-tokohnya yang mengandung dialek-dialek tertentu
Kerangka (Kisi-kisi Alur)
Kerangka atau kisi-kisi alur sangat penting untuk dibuat sebelum kita menulis cerpen. Kisi-kisi alur ini digunakan untk menjaga agar dalam cerita yang akan kita buat tidak terjadi anakronisme, yaitu peristiwa yang salah waktu dan tempatnya. Di samping itu, kisi-kisi ini juga berguna untuk mempertahankan cerita agar dalam pengembangannya cerita tetap terfokus pada konflik yang direncanakan, tidak melantur ke mana-mana. Posisi ”Kita”Dalam sebuah narase tentu saja ada yang bercerita, yang menceritakan kepada kita apa saja yang terjadi. De fakto yang bercerita adalah penulis cerita itu. Penulis cerita dalam bercerita dapat mengambil posisi sebagai orang di luar cerita yang menceritakan segala sesuatu yang dilihat dan didengarnya. Atau, bisa pula penulis mengambil posisi seolah-olah ia berada di dalam cerita tersebut. Ia ikut menjadi salahsatu tokoh dalam cerita yang dibuatnya itu.Pengambilan posisi diri ini sangat mempengaruhi cerita yang akan dibuatnya. Maka, diperlukan pertimbangan matang untuk memilih gaya pertama, atau gaya kedua sehingga nantinya terdapat konsistensi dalam bercerita.
Percakapan (Dialog)
Sebenarnya tidak ada aturan baku yang mengatur seberapa besar porsi dialog dalam sebuah cerita. Artinya, boleh saja sebuah cerpen sejak awal sampai akhir isinya dialog antartokoh. Porsi deskripsi latar dan peristiwanya dibuat seminimal mungkin. Namun, boleh juga sebuah cerpen hanya terdiri dari deskripsi semua, tidak ada dialog sama sekali.Hanya, rasa-rasanya akan menjadi cerpen yang tidak enak dibaca ketika tidak terdapat keseimbangan antara dialog dan deskripsi latar.

Sabtu, 25 Juni 2011

PUISI 2

CAHAYA BULAN
Akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yang biasa
Pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui
Apakah kau masih selembut dahulu….
Memintaku minum susu dan tidur yang lelap
Sambil membesarkan letak leher kemejaku
          Kabut tipispun turun pelan-pelan di lembah kasih
          Lembah padang wangi…
          Kau dan aku tegak berdiri
Melihat bulan-bulan yang menjadi suram
          Meresapi belaian angin yang menjadi dingin
          Apakah kau masih membelaiku semesra dahulu?
Ketikaku kau dekap…
Kau dekaplah lebih mesra…lebih dekat..
Apakah kau masih akan berkata???
          Ku dengar detak jantungmu
Kita begitu berbeda dalam semua
Kecuali dalam CINTA…

TEORI MENULIS PUISI

Teori Menulis Puisi
Langkah -langkah menulis puisi :
1..Pencarian Ide adalah dilakukan dengan mengumpulkan atau mengali informasi membaca,melihat dan   merasakan terhadap kejadian/peristiwa dan pengalaman pribadi.
2.Perenungan adalah memilih atau menyaring informasi yang menarik dari tema yang didapat.kemudian memikirkan,merenungkan,dan menafsirkan sesuai dengan konteks,tujuan dan pengetahuan yang dimiliki.
3.Penulisan merupakan proses yang paling penteng dan rumit.penulisan ini mengarahkan energi kreatifitas,intuisi dan imajinasi.
4.Perbaikan atau Revisi pembacaan ulang terhadap puisi yang telah diciptakan.ketelitian dan kejelian untuk mengoreksi rangkaian kata,kalimat,baris,bait sangat dibutuhkan.

Dengan menulis puisi secara utuh terampil dalam mengunakan bahasa untuk mengungkapkan perasaanya.Tidak  hanya itu saja siswa juga terampil memilih kata-kata yang tepat yang bisa mewakili ungkapn perasaannya.Semua ini memerlukan wawasan pengetahuan yang luas,kepekaan batin dan daya imajinasi.Wawasan ini dapat dikembangkan melalui variasi teknik kreatif  dalam pelajaran menulis puisi.Pengajaran keterampilan menulis memounyai tujuan praktis  yang artinya siswa dapat menerapkan materi dalam bentuk tulisan ,bukan sekedar teori yang harrus dipahami dihafalkan dan dengan mudah bisa dilupakan.Dengan menulis kita menyampaikan ide/pendapat tentang suatu peristiwa atau masalah.Selain itu,menulis sebagai sarana curhat ini,kita bisa memilih bahasa yang bisa mewakili perasaan,pikiran dan keiginan.

Sabtu, 11 Juni 2011

PUISI I

KACAU

kacau balau rasanya...
gelisah gundah tingkah tak tau kmana
keringat dingin menetes tanpa terkendali
tak tau larinya kemana... kacau..kacau dan kacau..
bingung..bingung...bingung...